Kamis, 25 Februari 2016

KUMPULAN CERPEN....?

PANGERAN IMPIAN


Sore hari yang diiringi hujan rimis-rimis kulangkahkan kakiku ketoko kecil di pojok kosanku, aku pergi untuk membeli makanan karena persedian makan di kos sudah kosong. Aku pulang dengan wajah yang agak kesal dengan banyaknya barang bawaanku tiba-tibah ada sebuah mobil yang mendadak ngerem di depanku aku pun terkejut, dengan rasa yang bersalah tiba-tiba sesosok pria tampan keluar dari mobil.
“mbk ngk papa kan.?”
 Tanyanya sembari menolongku mengambilli barang-barang bawaanku, aku tertegun memandangnya hingga tak sadar aku jatuh pingsan. Ketika kubuka mataku tiba-tibah aku berada di sebuah klinik dengan pangeran yang menabrakku tadi
“kamu ngk papakan.?”
 Aku hanya bias menatapnya denga diam seribu bahasa ditengah keheningan itu tiba-tiba seorang suster datang menghampiri kami
“mbknya suda sadar apa ada yang dirasa sakit.?”
 “sus dia ngak papakan.?”Tanya pria itu
“ngk papa mas mungkin mbknya Cuma sok karena hampir ditabrak atau mbknya sok karena lihat cowok ganteng.?”
 Celoteh suster yang memeriksa itu sepontan membuyarkan lamuunanku.
Seusainya aku diperiksa aku pun diantar pulang olehnya hingga kedepan rumahku “beneran kamu ngk papa.?” Tanyanya untuk meyakinkanku
“ngk aku ngk papa.”
“yaudah aku langsung pulang ya.”
“eh, ngk mampir dulu.?” Tawarku sembari berharap dia mau mampir, yah untuk sedikit lebih mengenalnya
 “ngk aku langsung pulang saja, dah.!”
Akupun masuk kos dengan rasa kecewa dan berbaring di ranjang sembari melamunkan wajahnya yang tampan.
“dor, lagi apa deb kok melamu sendiri, eh kenapa dengan jidat lo.?” Tanya santi, yah santi adalah sahabat terbaik yang aku punya
“eh san aku habis ketemu sama parengan yang gantengnya naudubilah.”
“ha, apa!”
 “yah, pangeran ganteng”
“siapa,? Dimana,? Dan gimana lo bias kenal sama dia.?”
“pertanyaan lo banyak banget, nih ya semua gara-gara luka ini.”
 “kok bias.?”
“udah jangan banyak Tanya mau makan ngk lo.?”
“makan apa orang di lemari lo ngk ada makanan.”
“oh, yaampun ketinggalan di mobil pangeran ganteng tadi.”
 Udah akibat kejadian itu semalaman aku puasa yah ngk papalah mungkin itu puasa buat dapetin pangeran ganteng impian. Dan pada keesokan harinya pagi-pagi buta seseorang mengetuk pintu kosku betapa terkejutnya aku ternyata sang pangeran impian itu yang datang
“pagi, maaf ganggu ini makanan kamu kemarin ketinggalan di mobil aku.”
“oh, yah makasih.!”
“ngk disuruh masuk nih.?”
“oh ya, silakan masuk.”
Biasa aku salah tingkah. Sejak saat itu aku mulai akrab dengannya dan mulai ada beni-beni cinta diantara kita.
 Tapi semua tak semulus jalan tol tiba-tiba sajah Ibu menelpon dan menyuruhku untuk pulang kampung dengan sesegerah mungkin. Dengan rasa penasaran akupun pulang dan setibanya di rumah saat makan malam ibukuku bicara padaku
“nak, kamukan udah gedeh udah waktunya kamu buat nikah, ibu dan bapak udah siapin jodoh yang pantas buat kamu.”
Seketika aku tersedak dan langsung segerah mencari alasan untuk menggagalkan perjodohan ini “Debi kan masih kulia buk.” sangkalku
“kan kamu masih bias kulia walau pun kamu dah nikah, yaudah setelah ini kamu langsung tidur ya, besok calonya mau main kesinih.”
Betapa terkejutnya aku hingga rasanya jantungku copot dan tak mau berdetak lagi. Setelah makan malam aku lang sung menelfon stefen (nama pangeran pujaan itu) dan betapa terkejutnya aku ternyata stfen juga dijodohkan oleh orangtuanya dan dia tak bias menolaknya karena ini berkaitan dengan bisnis keluarganya, ahirnya dengan berat hati kita putuskan untuk mengahiri kisah kita. Semalaman aku menangis hingga pada pagi harinya mataku bengkak
“Deby kok belum siap bentar lagi calonya datang, loh kenapa matamu bengkak kamu nangis semalaman.?”
“ibu Debi ngk mau dijodohi” kataku lirih
“jangan bilang gitu dia calon yang tepat buat kamu, dicoba dulu kalo kamu benar-benar ngk cocok kamu boleh mutusi dia.”
Riasan sudah melekat ditubuhku hingga mata yang bengkak pun tak terlihat lagi dengan seyuman yang terpaksa aku menemui dia, betapa terkejutnya aku ternyata dia adalah pangeran pujaanku sendiri betul kata pepatah “jodoh tak akan kemana”

MISTERI SANDAL YANG HILANG 


Azan berkumandang saling bersahutan para warga desa pun mulai berbondong-bondong pergi kemusolah desa.
“yogi, sudah azan ituloh .!”
“yah,bu.!”
Sudah menjadi kebiasaan di desaku setiap azan sudah dikumangkan semua aktifitas akan terhenti dan semua warga akan pergi kemusholah terdekat. Siang itu tepatnya pada saat waktu sholat zuhur misteri sandal yang hilang dimulai. Seusai sholat zuhur para warga langsung bergegas untuk melanjutkan aktifitasnya tapi salah satu jama’ah ada yang celingukan,
“ada apa pak.?”
“ini loh yok sandal bapak hilang padahal sandal bapak baru beli.”
“yogi dan temen-temen batu cariya pak.”
Aku mulai meyusuri sudut sudut musholah tapi hasilnya nihil tak ditemukan jejak apapun. Waktu sholat Asar pun telah tibah seperti biasa para warga datang dan seusainya semua bergegas pulang tapi kejadian siang tadi terulang lagi sandal sala satu jam’ah ada yang hilang.
“paman, cari apa.?” Tanya yogi
“sandal paman hilang yog, malah baru beli pas mau berangkat tadi lagi.”
Dan seperti biasa yogi dan teman temannya membantunya untuk mencari tapi hasilnya nihil. Hingga beberapa hari kejadian serupa terulang tapi anehnya sandal para jama’ah yang hilang adalah sandal yang baru saja, dan akan hilang hanya pada waktu sholat dhuhur dan asar selain waktu sholat yang lain sandal tak ada yang hilang. Para jama’ah pun merasa resah karena sudah sepekan sandal di musolah hilang, ahirnya para marbot masjid sepakat untuk merundingkan masalh ini ba’dah magrib. Setibanya ba’dah mangrib semua jama’ah laki-laki tak ada yang pulang semua berkumpul untuk menyelesaikan masalah yang meresahkan warga ini.
“yogi ayok pulang.!” Ajak ibu
“nanti ajah bu yogi ingin ikut rundingan.!”
“ya, nanti kamu kesini lagi ikut rundingan sekalian kamu bawa jajan buat suguhan.” Ibu meyakinkanku.
Itu sudah menjadi tanggung jawab ibu ketika ada perkumpulan di musholah karena ayah ku adalah ketua marbot musholah. Satu demi satu usulan warga muncul saat diskusi dan ahirnya disepakati bahwa jama’ah akan dibagi dua kloter satu manjaga satu jama’ah sholat itu menjadi kesepakatan bersama. Dan keesokan harinya itu telah diterapkan tapi masih saja ada jama’ah yang kehilanagan sandal. Ini semakin membuat pusing kepala ayahku, ahirnya ayah ingin semuah jam’ah berkumpul untuk mendiskusikan ini semua.
“bagaimanah para jama’ah yang dapat giliran jaga,? apa ada yang kalian curigai saat berjaga.” Kata pembuka ayahku
“ngak ada pak.ustad semua terkendali.” Jawab salah satu jama’ah
“lalu bagaimana bias masih ada jama’ah yang kehilangan sandal.? Apa ada sesuatu yang kalian curigai.”
“tak ada yang aneh pak.ustad semua man saat kita jaga tak ada seorang pun yang berkeliaran yang ada juga hanya ayam jago yang lagi cari makan.!” Celoteh sala satu jama’ah
Sontak celotehan itu memecah keseriusan para jama’ah semua tertawa kecuali ayahku dia sangat menganggap serius masalah ini. Sesampainya di rumah aku menyampaikan usulku pada ayahku soal ideku dengan teman-teman untuk menyelesaikan misteri ini. Ayah menyetujui ideku dan mempercayakan semua pada ku dan teman-teman. Saat azan dhuhur berkumandang aku dan teman-teman berkumpul sejenak untuk melaksanakan rencana ini ayah pun sudah memerintahkan agar penjagaan tidak dilaksanakan lagi.
“arif apa kamu suda beli sandal baru.?” Tanya
“sudah yogi” jawab arif
“hamdan benangnya mana.?” Pintaku pada Hamdan
Hamdan mendekat kepadaku dengan membawa benang dan sandal baru yang diberi Arif. Rencana pun dimulai. Sandal kita letakkan ditempat yang mudah untuk diambil, tepat seperti dugaan kita seusai sholat sandal barau itu hilang, tapi tenang semua telah diatur secara matang oleh Yogi besertakawan. semua jama’ah terdiam di depan musholah dan Yogi beserta kawan mengikuti arah yang ditunjukkan benang yang telah diikatkan pada sandal baru dan betapa terkejutnya mereka di semak-semak dekat musholah dia menemukan ayam jago yang terlilit benang jebakan mereka dan mereka menemukan tumpukan sandal baru para jama’ah yang hilang itu di dalam semak-semak, mereka pun langsung memanggil para jama’ah untuk menghapiri dan betapa lucunya ternyata pencuri sandal para jama’ah itu adalah ayam jago pak. Karjo orang yang pertama kali kehilangan sandalnya. Tawa para jama’ah pun pecah seketika.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar